RSS

Tren Digital 2014: Saatnya Merangkul Video Online

06 Nov

Tren Digital 2014

Video online akan jadi tren digital 2014

Ketika berbicara tentang platform digital, Indonesia merupakan negara yang sangat potensial. Bahkan Indonesia telah menjadi hotspot terbesar dalam sektor teknologi global. Ada banyak startup tumbuh dan inovasi bermunculan. Nah, bagaimana tren digital 2014 mendatang di Indonesia?

Ekosistem digital di Indonesia telah berkembang begitu cepat dalam tempo singkat dan telah berkembang ke banyak sektor. “Kalau kita bicara digital ecosystem Indonesia katakanlah 10 tahun yang lalu, kita bicara tentang portal seperti Detik.com. Tapi sekarang Indonesia punya mobile, bahkan ada Koprol, dan e-commerce. Digital hadir dalam banyak dimensi,” kata Jordan Khoo, Regional VP, APAC, DG MediaMind.

Menurut Jordan, hal yang menarik adalah seluruh ekosistem digital saling tergantung satu sama lain yang pada akhirnya berkembang menjadi digital economic. Dan saat ini kita masih berada di tahap awal perkembangannya, meski hal ini telah berjalan selama 10 tahun. Jadi, kita masih akan melihat hal-hal yang lebih menarik di masa mendatang.

Indonesia merupakan pasar digital yang sangat potensial, namun saat ini yang tergarap masih kecil bila dibandingkan dengan potensi yang ada. Bahkan alokasi bujet untuk digital advertising saat ini kurang dari 5% dari total bujet iklan yang ada.

Tampaknya memang para marketer dan pemilik modal tidak bergerak secepat konsumen dalam merangkul media digital. Kita melihat perubahan yang cepat dalam pola konsumsi media oleh para konsumen. Mereka mulai berpindah dari media konvensional ke media digital. Semakin banyak mulai beralih dari TV dan surat kabar konvensional ke online.

Masalahnya, marketer dan pemilik merek harus berada di mana audiens mereka berada. Kalau tidak tentu mereka akan kehilangan kesempatan. Mereka tidak bisa menunggu terus. Semakin lama menunggu, semakin terlambat kita masuk ke dalamnya.

Jordan Khoo

Jordan Khoo, VP, APAC, DG MediaMind

Namun, tentu tidak semua pemilik merek dan marketer Indonesia takut dalam merangkul media digital. Jordan Khoo membagi merek Indonesia menjadi tiga. Pertama, international localized brand seperti Unilever. Menurutnya, mereka telah berada jauh di depan yang lain dalam hal digital advertising.

Kedua, global Indonesian brand seperti Garuda Indonesia, Sampoerna, dan lain-lain. “Progres mereka begitu cepat mengingat benchmark mereka juga sangat tinggi. Saya rasa kelompok pertama dan kedua akan memiliki positioning yang sangat kuat di pasar di masa mendatang. ,” begitu jelasnya.

Kelompok terakhir, localized Indonesian brand. Kelompok terakhir inilah yang umumnya takut masuk ke digital. Namun, menurut Jordan apa yang terjadi di Indonesia juga terjadi di negara-negara lain di Asia seperti Cina, Malaysia, bahkan Singapura. Perusahaan-persahaan ini takut dan ragu-ragu merangkul media digital. “Dan bila mereka melakukan sesuatu di digital mereka berharap itu bekerja seperti sulap. Saya mengeluarkan 1.000 dolar, maka saya mengharapkan return sebesar satu juta dolar,” katanya.

Kunci untuk menghilangkan keraguan adalah belajar mengenal dengan baik objek yang kita takuti. Kita harus mengenal betul apa dan bagaimana platform digital yang akan kita masuki bekerja dan tren apa yang sedang terjadi di sana saat ini. Bicara tentang tren, Jordan mengemukakan hal yang akan menjadi tren dalam digital advertising pada 2014 mendatang.

Menurutnya akan ada tiga komponen yang bakal jadi tren tahun depan. Pertama, pergeseran dari TV ke online dalam hal konten video. “Saya rasa video online akan menjadi besar tahun depan. Dan tampaknya akan terjadi pergeseran dari bujet TV commercial ke online ads,” tutur Jordan.

Kedua, mobile. “Kalau kita bicara tentang mobile, Indonesia selalu menjadi pasar yang besar untuk mobile. Bedanya, sebelumnya itu terbatas pada feature phone dan BlackBerry, sekarang lebih banyak penggunaan smartphone dengan layar yang lebih besar. Dengan perubahan kita akan melihat banyak inovasi dari perspektif mobile advertising,” katanya lagi.

Ketiga, media sosial. “Perusahaan-perusahaan seperti Twitter dan Facebook awalnya membangun platform mereka di desktop. Tapi sekarang mereka melakukan segalanya di mobile. Saat ini konsumen mengakses media sosial melalui mobile. Maka engagement kita dengan konsumen di media sosial juga akan lebih banyak dilakukan melalui mobile,” tutup Jordan.

Nah, siapkah Anda menghadapi tren ini?

 

Leave a comment